Kiat Menghadapi Rentak dan Irama Resesi Ekonomi

Share:
Faisal Umardani Hasibuan, M.M
Terima Kasih Banyak Resesi !!!
Oleh: Faisal Umardani Hasibuan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa

Tak jarang kita mendengar ungkapan ataupun ajakan yang memprovokasi kita untuk menabung agar menjadi kaya. Tidak salah memang dan benar menurut literatur konvensional pada umumnya. Namun pada suatu situasi tertentu, menabung justru dapat membuat anda miskin.

Mungkin sangat terdengar janggal dan pastinya memicu timbulnya kontroversi bukan? Namun hal inilah yang dikenal sebagai konsep paradoks yang dipopulerkan oleh John Maynard Keynes yang digunakan oleh para pengikutnya dari mazhab ekonomi campuran yang telah ada sejak zaman dahulu kala di Inggris.

Potongan ayat Al Quran, yaitu pada Surah At-Taubah ayat 34 sampai dengan 35 yang menegaskan, "(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”

Pada kesempatan ini kita akan membicarakan lebih dalam tentang bagaimana kegiatan menabung  yang dianjurkan oleh orang kebanyakan, justru memicu munculnya permasalahan baru pada ekonomi.

Setelah melewati krisis pandemi pada tahun 2020 lalu, akhirnya kita memperoleh bucket bantuan dari pemerintah walaupun kita belum juga pulih dan bangkit secara penuh.

Terlebih lagi baru-baru ini dunia dibayang-bayangi ketakutan ekonomi disebabkan oleh bangkrutnya beberapa bank raksasa di Amerika Serikat, yang penyebabnya tak lain akibat The Fed (Bank Sentral US) terpaksa menaikkan suku bunga yang berimbas ke banyak negara lain di dunia memicu inflasi semakin menanjak naik diikuti oleh ancaman resesi.

Hal ini tentu membuat banyak orang merasa tidak nyaman sehingga tidak sedikit dari mereka yang berpikir untuk berhemat dengan cara menabung. Namun apakah mereka menyadari bahwa tindakan mereka untuk berhemat dengan cara menabung, justru dapat berpotensi memperburuk keadaan ekonomi.

Menabung sedianya akan sangat menguntungkan bagi kebutuhan perekonomian individu. Tapi apakah hal serupa akan berlaku bagi keseluruhan masyarakat? Jika seluruh orang menabung secara ketat sampai dengan taraf yang ekstrim, maka yang terjadi justru seluruh masyarakat akan merugi bahkan orang yang berhemat itupun akan terdampak.

Ketika para pembesar di suatu wilayah membelanjakan uang mereka untuk jasa dan barang-barang mewah, hal ini membuat sebuah industri bergerak menghasilkan banyak masyarakat miskin yang menjadi pekerja, pada fase ini tanpa sadar kesombongan dan gengsi akan serta merta terbai'at menjadi pimpinan tertinggi bagi kegiatan industri di wilayah tersebut.

Dengan kata lain berhemat dengan cara menabung atau tidak membelanjakan uang merupakan kegiatan yang langka. Padahal yang kita butuhkan sesungguhnya saat gejala resesi terjadi adalah justru suatu keadaan dimana orang-orang dari berbagai tingkatan terutama si Kaya, membelanjakan uang mereka secara masif sebagai efek yang muncul dari ketakutan akan minimnya ketersediaan barang di pasaran. 

Misalnya seperti ini, kita asumsikan saja bahwa anda memutuskan untuk mengurangi kebutuhan anda akan duduk ngobrol sambil minum di warung kopi. Tentu kegiatan menabung dari hasil pengurangan budget ngopi anda tersebut tidak akan berpengaruh signifikan bagi keseluruhan makro ekonomi di suatu wilayah tersebut.

Namun bayangkan apabila yang terjadi adalah semua orang memutuskan untuk melakukan hal sama yang seperti anda lakukan, setiap orang mengurangi anggaran mereka ngopi secara bersamaan. Jelas situasi akan berubah mencekam, pendapatan di industri per-warkop-an akan rontok dan mereka akan berhenti mempekerjakan beberapa karyawannya.

Selain itu Keynes juga pernah berkata "The best guest I can make is that whenever you safe five shilling, you put a man out of work for a day" yang artinya, setiap anda menabung lima shiling, anda membuat satu orang kehilangan pekerjaan selama sehari.

Tidak jarang juga biasanya saat tingkat menabung masyarakat meningkat pemerintah akan menaikkan anggaran belanja mereka. Jika pemerintah tidak meningkatkan anggaran belanja mereka maka dikhawatirkan akan terjadi resesi. Namun sebetulnya ada beberapa cara lain yang dapat ditempuh, seperti contohnya melempar barang-barang premium yang tidak terkonsumsi ke luar negeri melalui ekspor agar bisnis dan industri tidak kehilangan profit serta masyarakat juga bisa menabung. 

Tapi menurut beberapa ekonom dari Austria yaitu Hayek dan Milton Friedman mereka berkata bahwa di situasi yang buruk pun hal yang paling logis dilakukan adalah menabung karena nantinya uang yang ditabung tersebut akan disalurkan menjadi pinjaman oleh bank dan pinjaman ini akan digunakan perusahaan ataupun perorangan untuk berinvestasi di bidang teknologi dan metode produksi yang baru bahkan jika teknologi ini akan mengurangi kebutuhan akan karyawan penawaran gaji ujung-ujungnya akan turun dan pada akhirnya terbentuk gaji yang terlalu murah, sehingga standar gaji murah terhadap karyawan akan tercipta kembali.

Akan tetapi hal tersebut dibantah oleh John Maynard Keynes, dalam jangka panjang menurut dia kita semua akan mati, oleh karenanya lebih baik pemerintah membantu masyarakat menghindari penderitaan hancurnya lapangan pekerjaan, dengan cara pemerintah membelanjakan uang secara masif untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. 

Menurut pandangan Keynes jika pemerintah tidak membelanjakan uangnya di saat masyarakat menabung maka tingkat pengangguran akan semakin parah. Oleh karena itu Keynes beranggapan jika ekonomi sedang buruk pemerintahan harus meningkatkan pengeluarannya untuk mensubstitusi masyarakat yang menabung, dan pemerintah akan meningkatkan pajak pada saat ekonomi sudah kembali normal.

Namun Teori ini juga tidak terlepas dari bantahan terutama dari para ekonom Neo Classic yang berpendapat bahwa tingkat menabung suatu komunitas konsumen yang naik, adalah sinyal bahwa konsumen tidak cocok dengan harga barang yang ada di pasaran. Oleh karenanya produsen sudah seharusnya menurunkan harga atau mengganti kualitas produknya.

Dalam standar teori ekonomi neoklasik menabung adalah hal yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi hal ini didukung dengan banyaknya teori modern yang berpendapat bahwa perlu adanya sejumlah uang yang disimpan atau ditabung sebelum inovasi bisa tercipta. Selain itu uang yang ditabung di bank dapat disalurkan menjadi pinjaman.

Jadi menabung di bank tidak akan menimbulkan efek buruk pada ekonomi Teori keyness ini tidak hanya mendapatkan pertentangan dari para ekonom neoklasik, tetapi dia juga ditentang oleh hukum pasar, yang mengatakan bahwa kunci pertumbuhan ekonomi merupakan produksi. 

Oleh karena itu pemerintah seharusnya mendorong produksi daripada mendorong konsumsi Menurut teori ini mendorong konsumsi itu tidak akan menguntungkan dan malah berbahaya bagi ekonomi. Konsumsi yang terjadi tanpa adanya produksi akan memakan kekayaan masyarakat dan kemakmuran suatu negara.

Dari teori diatas  terlihat beberapa argumen yang semakin membingungkan, apakah sebenarnya menabung benar-benar merugikan, atau tidak. Kalau menurut saya sendiri jikalau kita tarik persamaan dengan Law of Diminishing Return miliknya David Richardo, dapat kita persepsikan bahwa menabung memiliki nilai imbal positif di awal yang jika semakin banyak orang menabung maka imbalnya akan semakin rendah.

Contoh dari 100 orang satu orang menabung dia akan punya imbal sebesar 70% orang ini akan sangat diuntungkan apabila jumlah orang yang menabung naik menjadi 20 orang maka imbal per orangnya juga akan turun yang mungkin per satu orangnya akan memiliki imbal hasil 4% atau total imbal hasilnya sebesar 80% artinya imbal hasil masih 10% tapi jika jumlah orang yang menabung secara formulatif naik kembali menjadi 50 orang maka di sinilah Law of Diminishing Return bekerja, imbal hasil per orang akan turun dan bahkan bernilai negatif. asumsikan Satu orang hanya memiliki imbal hasil sebesar 1,5% maka keseluruhan imbal hasil hanya ada di level 75% atau turun sebesar 5% dibanding saat orang yang menabung hanya sebanyak 20 orang.

Sulit memang untuk memahaminya. Barangkali untuk lebih mudah bisa kita deskripsikan seperti misalnya, tersaji daging satu ekor sapi panggang tersaji diatas sebuah meja. Seandainya hanya ada satu orang yang memakan sapi panggang tersebut, mungkin akan sangat bermanfaat bagi satu orang tersebut, tetapi tidak terlalu membawa manfaat bagi sapi panggang itu sendiri, dikarenakan keterbatasan konsumsi satu orang yang menyebabkan banyaknya daging sapi yang menjadi terbuang.

Sekarang kita umpamakan ada sepuluh orang yang mendapat bagian dari satu ekor daging sapi panggang tersebut. Ke sepuluh orang ini akan mendapat bagian yang lebih kecil daripada satu orang yang memakannya sendirian tadi, tapi imbal hasilnya masih positif karena semua orang kenyang daripada hanya satu orang saja yang kenyang dan daging berakhir mubazir.

Apabila seekor daging sapi ini dibagikan ke orang lebih banyak, 300 orang atau lebih umpamanya, maka barang tentu pasti nilai keberadaan fisik dari daging sapi tersebut akan sangat cepat berkurang bahkan sampai dengan bernilai negatif, dikarenakan tidak dapat mengenyangkan bagi 300 orang tersebut. 

Disitulah berperan teori yang dimaksud dengan Law of Diminishing Return. Dari kajian tersebut mungkin anda juga bisa mengambil kesimpulan bahwa sebaiknya menabung tidak dilakukan secara bersamaan dengan saat terjadinya resesi. Inilah hikmah resesi tersebut, dimana orang yang lebih kaya harus berbelanja lebih intens daripada biasanya pada masa resesi, yang dibarengi oleh si Miskin yang menabung secara bebas tanpa menimbulkan efek resesi yang terlalu besar wilayah tersebut, sembari menunggu perekonomian semakin membaik lalu mereka bisa bertukar peran seperti sedia kala sebelum badai resesi datang melanda.


Penulis: Faisal Umardani Hasibuan, M.M
Share:
Komentar

Berita Terkini